Budidaya
Tanaman Padi Sawah
- Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya. Sekalipun
cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi kegagalan panen
masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia, apalagi ketika
tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil panen menurun
sangat signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Sekalipun mudah, jika
kita menguasai teknik menanam padi dengan baik niscaya akan meningkatkan
produktivitas pertanaman. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana cara
menanam padi sawah beserta cara pengendalian hama dan penyakit pengganggu
tanaman.
BAGAIMANA CARA
MENANAM PADI YANG BAIK?
Dalam budidaya ini,
perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, diantaranya syarat
tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara mengendalikan hama dan penyakit
tanaman padi. Pemahaman mengenai hal-hal tersebut membantu para petani dalam
melakukan proses budidaya padi, khususnya padi sawah.
SYARAT TUMBUH
Lokasi budidaya dan
syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun
pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan
antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500
mdpl dengan suhu optimal sekitar 23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di
segala musim. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Air sangat
dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk
meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung.
PELAKSANAAN BUDIDAYA
PADI SAWAH
Meskipun tanaman padi dapat tumbuh baik
pada pH rendah, pengukuran pH sebaik tetap harus dilakukan agar penyerapan akar
akan unsur hara dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah dengan pH mendekati
netral atau bahkan netral (nilai 7) untuk pertumbuhan tanaman padi memungkinkan
hasil panen signifikan. Untuk itu pengukuran pH tanah diperlukan agar tingkat
keasaman tanah di lahan masing-masing dapat diketahui.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dalam budidaya tanaman
padi sawah meliputi pembersihan jerami atau sisa tanaman lain, pencangkulan
pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian kapur
pertanian disesuaikan dengan pH tanah, Pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang sebanyak 4 ton/ha
(pupuk kandang harus sudah matang/difermentasi), pembajakan serta penggaruan
tanah. Saat melakukan penggaruan sebaiknya saluran pembuangan air ditutup, agar
pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut terbawa oleh air.
Membuat persemaian merupakan langkah
awal dalam budidaya. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya,
sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu
persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan
bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu diperhatikan
adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan benih 25-30
kg/ha. Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur dengan intensitas cahaya
matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30
cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari
serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik.
Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk
4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar.
Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari. Sebelum ditanam, rendam bibit yang telah dicabut dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 1 gr/liter air. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.
Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari. Sebelum ditanam, rendam bibit yang telah dicabut dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 1 gr/liter air. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.
PEMELIHARAAN TANAMAN
PADI SAWAH
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai tanaman
berumur 2 minggu. Penyulaman jangan terlalu tua karena mengakibatkan
pertumbuhan tanaman padi nantinya menjadi tidak seragam, sehingga pemanenan
kurang serempak.
2. Sanitasi Lahan dan
Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya meliputi :
penyiangan (pengendalian rumput/gulma), pencabutan tanaman padi terserang hama
dan penyakit. Penyiangan dalam budidaya ini dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu
sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan
alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa
dilakukan hingga 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.
Melakukan pemupukan susulan selama
budidaya merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap
tersedia sepanjang masa untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan
dapat diberikan melalui daun maupun akar tanaman. Pupuk akar diberikan sebanyak
3 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman padi berumur 7 HST sebanyak
150 kg/ha NPK (15-15-15), dan 50 kg/ha pupuk urea. Pemupukan kedua
dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST, menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha,
NPK 15-15-15 150 kg/ha. Selanjutnya, pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman
berumur 35 HST menggunakan NPK 250 kg/ha.
Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, agar lebih hemat waktu maupun tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Saat tanaman padi berumur 14 hst, berikan pupuk daun nitrogen tinggi dengan konsentrasi 2 gr/liter. Pupuk daun P dan K tinggi diberikan saat umur 30 dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium saat umur 30 hst menggunakan pupuk MKP (2 gr/liter), sedangkan saat berumur 45 hst berikan 4 gr/liter.
Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, agar lebih hemat waktu maupun tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Saat tanaman padi berumur 14 hst, berikan pupuk daun nitrogen tinggi dengan konsentrasi 2 gr/liter. Pupuk daun P dan K tinggi diberikan saat umur 30 dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium saat umur 30 hst menggunakan pupuk MKP (2 gr/liter), sedangkan saat berumur 45 hst berikan 4 gr/liter.
PENGENDALIAN HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH
A. HAMA TANAMAN PADI
1. Orong-Orong
Hama
ini berasal dari spesies Gryllotalpa orientalis Burmeister. Sebetulnya,
hama orong-orong jarang menjadi masalah serius dalam budidaya, tapi sering
ditemukan di lahan pasang surut serta biasanya hanya terdapat di sawah kering
tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke pematang.
Stadia tanaman rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai
anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Oorong-orong merusak akar
muda dengan cara memotong tanaman padi di pangkal batang yang berada di bawah
tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira petani disebabkan oleh
penggerek batang (sundep). Tanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga
terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil, jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil, jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
2. Ulat Grayak
Ulat grayak yang menyerang
selama budidaya adalah Spodoptera litura. Ulat menyerang daun tanaman
padi secara bergerombol dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan di
malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala serangan daun berupa
bercak-bercak putih berlubang, bahkan hanya meninggalkan tulang daun. Larva
hama ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase
pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau maupun ketika tanaman padi
kekurangan air.
Pengendalian hama ulat grayak adalah dengan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif deltametrin, sipermetrin, sipermetrin, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, metomil, atau dimehipo. Konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Pengendalian hama ulat grayak adalah dengan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif deltametrin, sipermetrin, sipermetrin, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, metomil, atau dimehipo. Konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
3. Penggerek Batang
Hama
penggerek batang yang menyerang selama proses budidaya di Indonesia terdiri
dari beberapa spesies, diantaranya:
1. Scirpophaga
incertulas
2. Scirpophaga innotata
3. Chilo suppressalis
4. Chilo polychrysus
Meyrick
5. Chilo auricilius
Dudgeon
6. Sesamia inferens
7. Tryporiza innota
8. Tryporiza incertulas
Serangan fase vegetatif tidak terlalu
mempengaruhi hasil panen karena tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan
membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman
mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi
yang mati akan berwarna coklat serta mudah dicabut (gejala ini biasa disebut
Sundep).
Serangan penggerek batang fase generatif ditandai adanya larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu, serta bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, bagian pangkal batang terdapat bekas gerekan larva hama penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Serangan penggerek batang fase generatif ditandai adanya larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu, serta bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, bagian pangkal batang terdapat bekas gerekan larva hama penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
4.
Hama Putih
Hama putih yang menyerang tanaman padi
berasal dari spesies Nymphula depunctalis. Hama putih menyerang tanaman
padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur kurang
lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun
sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya serangan
hama ditandai adanya larva kecil maupun ngengat (larva ini menyelesaikan
hidupnya selama 35 hari).
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Serangan daun ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung (tabung digunakan larva untuk membungkus dirinya, terbungkus oleh benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi hama putih selama budidaya dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Serangan daun ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung (tabung digunakan larva untuk membungkus dirinya, terbungkus oleh benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi hama putih selama budidaya dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
5. Hama Putih Palsu
Hama
ini berasal dari spesies Chanaphalocrosis medinalis. Hama putih palsu menyerang
bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam
lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih. Ngengat berwarna kuning
coklat, bagian sayap depannya ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang
garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk segitiga.
Pengendalian hama putih palsu untuk budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupuk dikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian hama putih palsu untuk budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupuk dikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
6. Wereng Coklat
Nilaparvata
lugens Stal
adalah jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi. Wereng coklat merupakan
hama dari golongan insekta tergolong sangat merugikan pertanaman padi di
Indonesia. Akibat serangan hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering,
tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit.
Pemupukan kandungan N tinggi tanpa diimbangi P,K tinggi serta penanaman dengan
jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng coklat
menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala
serangan ditandai terdapatnya imago, menghisap cairan tanaman di pangkal
batang, kemudian tanaman padi menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian hama wereng coklat diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian hama wereng coklat diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
7. Wereng Hijau
Hama
pengganggu tanaman padi jenis ini adalah Nephotettix virescens. Hama
wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab
penyakit tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan
fase paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai tanaman
kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye.
Pengendalian hama wereng hijau selama budidaya ini sama seperti pengendalian
hama wereng coklat.
8. Walang Sangit
Spesies
walang sangit yang menyerang tanaman padi adalah Leptcorisa oratorius.
Hama Walang sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan
bulir padi bahkan mengakibatkan bulir menjadi hampa atau pengisiannya tidak
sempurna, berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai
sampai masak susu merupakan fase paling rentan. Walang sangit selain menurunkan
produksi juga menurunkan kualitas gabah. Hama ini menyebabkan meningkatnya
Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi selama budidaya ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian kimiawi selama budidaya ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
9. Keong Mas
Biasanya
keong mas banyak dijumpai di areal persawahan, mereka merupakan hama pengganggu
tanaman padi. Hama ini merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan
tanaman lalu memakannya, menyebabkan adanya bibit hilang per tanaman. Keong mas
menyenangi tempat-tempat genangan air. Pomacea canaliculata adalah
spesies yang menyerang selama proses budidaya.
Pengendalian yang dapat dilakukan diantarnya dengan melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi lihat saja petunjuk yang ada di kemasannya.
Pengendalian yang dapat dilakukan diantarnya dengan melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi lihat saja petunjuk yang ada di kemasannya.
10. Hama Tikus Sawah
Hama
tikus sawah penyebab kegagalan budidaya berasal dari spesies Rattus
argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi
dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan
pendekatan sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian hingga padi siap dipanen, bahkan menyerang padi dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan hama tikus bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian hingga padi siap dipanen, bahkan menyerang padi dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan hama tikus bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.
11. Pengendalian Hama
Tikus
Pengendalian
hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu menggagalkan
panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:
12. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi
lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan
bagi kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan
pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran
irigasi, terutama pada tanggul tinggi (bertujuan agar hama tikus tidak
bersarang di tempat tersebut).
13. Kultur Teknis
Pengaturan
pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus
sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan
pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam
lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat
lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai hama tikus.
14. Pengendalian Fisik
Tujuan
pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk
kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa
faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara
pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan
ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan
suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community
actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS),
serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS
maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
15. Pemanfaatan Musuh
Alami
Musuh
alami berasal dari kelompok burung, mamalia maupun reptilia. Pemangsa dari
kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo
ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung
kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula
malaccensis (musang bulan atau rase), Herpestes javanicus
(garangan), Felis catus (kucing) atau Canis familiaris (anjing).
Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus), Naja
naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), Phyton
reticulatus (ular sanca).
Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.
Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.
16. Pengendalian Kimiawi
Rodentisida. Rodentisida di
pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan
umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun antikoagulan. Racun
akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan, sehingga
dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan
menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak
menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan
mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus.
Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.
Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.
17. Antifertilitas
Adalah
cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih
efektif karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis
bahan kimia untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan
tikus sawah.
B.
PENYAKIT TANAMAN PADI
1. Hawar Daun Bakteri
Hawar
daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteri Xanthomonas oryzae
pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB)
menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan serta di semua
tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketika
musim hujan penyakit ini biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil akibat
serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
2. Hawar Daun Jingga
Hawar daun jingga
yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh cendawan Pseudomonas sp.
Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir
seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Saat
musim kemarau, serangan terjadi pada fase generatif. Di Jalur Pantura Jawa
Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang, Subang, Indramayu,
Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat ini belum tersedia. Hasil
penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat
dipengaruhi oleh perlakuan selama proses budidaya seperti pemupukan, jarak
tanam, serta pengairan.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.
3. Hawar Pelepah
Serangan
ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn. Penyakit hawar
menyerang tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala
penyakit dimulai dari bagian pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak
besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat sedangkan bagian
tengah berwarna putih pucat. Hawar pelepah muncul sejak dikembangkan varietas
padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan nitrogen tinggi
secara berlebihan, serta cara tanam berjarak rapat. Kehilangan hasil produksi
akibat serangan penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
4. Penyakit Busuk Batang
Penyakit
busuk batang yang menyerang tanaman padi sawah adalah candawan Helminthosporium
sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama
tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan di setiap musim tanam
mulai dari kategori infeksi ringan sampai sedang. Saat musim hujan, lebih dari
60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat
terinveksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan prosentase
gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit ini
mencapai 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi
beranakan banyak, terutama ditanam di lokasi kahat kalium serta berdrainase
jelek.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.
5. Penyakit Blas
Penyakit
blas yang menyerang tanaman padi disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea.
Blas merupakan penyakit penting terutama padi gogo. Daerah endemik penyakit
blas di Indonesia diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat,
Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, serta Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi
dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi
tantangan serius karena banyak ditemukan di beberapa varietas di Jalur Pantura
Jawa Barat. Penyakit blas menginfeksi tanaman di semua stadium, disamping itu
juga menyebabkan tanaman puso. Saat tanaman memasuki fase vegetatif serangan
biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Sedangkan
saat memasuki fase generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai,
disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak berimbang, terutama kandungan
nitrogen tinggi disertai kondisi kekurangan air sangat disenangi oleh penyakit
ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit akan semakin
tinggi.
Pengendalian penyakit blas selama budidaya antara lain dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
Pengendalian penyakit blas selama budidaya antara lain dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
6. Bercak Daun
Cercospora
Bercak
daun cercospora selama budidaya disebabkan oleh cendawan Cercospora leaf
spot. Penyakit ini sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf
spot), disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Bercak daun
cercospora merupakan salah satu jenis penyakit merugikan terutama budidaya
untuk padi sawah tadah hujan yang kahat (kekurangan) kalium. Penurunan hasil
akibat serangan penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya
serta keringnya pelepah daun (menyebabkan tanaman rebah). Gejala serangan
ditandai adanya bercak-bercak sempit memanjang pada daun, berwarna coklat
kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, berukuran panjang kurang lebih 5 mm,
lebar 1-1,5 mm. Saat tanaman padi membentuk anakan, bercak ini semakin
meningkat. Infeksi batang dan pelepah meyebabkan batang maupun pelepah daun
busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Cara pengendaliannya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
Cara pengendaliannya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
7. Bercak Daun Coklat
Penyakit
daun coklat yang menyerang tanaman padi adalah cendawan Helminthosporium
oryzae. Gajala serangan ditandai bercak coklat pada daun berbentuk oval merata
di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik
abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di
lapangan. Bercak masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk
bulat. Serangan berat menyebabkan jamur menginfeksi gabah, gejalanya bercak
berwarna hitam atau coklat gelap).
Cara mengendaliak penyakit bercak daun coklat selama budidaya diantaranya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
Cara mengendaliak penyakit bercak daun coklat selama budidaya diantaranya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.
8. Penyakit Tungro
Penyakit
tungro pada tanaman padi adalah virus batang tungro padi
(rice tungro bacilliform virus, RTBV) maupun virus bulat tungro padi (rice
tungro spherical virus, RTSV). Penyakit tungro merupakan penyakit padi yang
kompleks, kedua virus ditularkan secara semipersisten oleh beberapa spesies
hama wereng hijau maupun hama wereng daun lainnya. Infeksi virus tungro
menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun kuning
nampak sedikit melintir serta jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat.
Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning disertai tinggi
tanaman tidak merata, serta terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.
C. STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Lakukan penyemprotan
pestisida
secara berseling atau ganti bahan aktif (bahan aktif seperti
yang telah disebutkan di atas) setiap kali melakukan penyemprotan, hindari
penggunaan bahan aktif yang sama secara berturut-turut agar tidak hama dan
penyakit tidak resisten (kebal).
PANEN
Buah
padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat
mempengaruhi kualitas bulir padi maupun kualitas beras. Panen terlalu cepat
menyebabkan prosentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji tidak terisi
atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil
berkurang karena butir mudah lepas dari malai serta beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih.
Referensi : http://www.tanijogonegoro.com/2013/01/budidaya-tanaman-padi-sawah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar