CARA
MENANAM JAGUNG TANPA OLAH TANAH
Cara praktis budidaya
jagung yang akan saya uraikan di sini merupakan cara menanam jagung dengan
sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini
adalah untuk memanfaatkan lahan bekas budidaya padi sebagai alternatif
penggiliran tanaman. Dengan asumsi bahwa penggiliran tanaman sangat diperlukan
untuk menjaga kesuburan tanah serta menekan
perkembangan hama penyakit pada tanaman sejenis atau sefamili. Di samping itu
untuk memutus siklus hidup dari hama penyakit tersebut sehingga kesehatan tanah
tetap terjaga.
SYARAT TUMBUH TANAMAN JAGUNG
Tanaman jagung tumbuh
optimal pada daerah berketinggian tempat antara 200-800 mdpl. Tanaman jagung
membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan, suhu udara berkisar 22-26°C, pH
tanah 6-7. Jagung termasuk tanaman sensitif dan rakus terhadap unsur hara
nitrogen, sehingga pemberian pupuk nitrogen sangat mutlak diberikan untuk
menunjang keberhasilan budidaya jagung. Tanaman dengan kekurangan atau defisiensi
untuk nitrigen menunjukkan ciri-ciri memudarnya klorofil daun, berubah
kekuningan, jaringan daun mati, akhirnya mengering berwarna merah kecoklatan.
Saat tanaman jagung kekurangan unsur ini, menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat. Aktivitas fotosintesis berjalan tidak sempurna, lama-kelamaan
tanaman jagung merana sehingga tidak mampu berproduksi dengan baik, buah jagung
yang dihasilkan kecil-kecil dengan bentuk kurang sempurna. Hal ini terjadi
karena saat pertumbuhan tanaman jagung terhambat, serapan unsur lainnya juga
terhambat karena daun jagung tidak dapat mengolah unsur hara lain yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk pembuahan dan pembesaran buah jagung. Tanaman
jagung menyerap unsur p dan k dalam jumlah minim, padahal kedua unsur makro ini
sangat vital dalam produksi buah jagung serta menghasilkan buah jagung
berkualitas.
PELAKSANAAN BUDIDAYA
JAGUNG
Pelaksaanaan budidaya
menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) meliputi persiapan-periapan, seperti
persiapan lahan dan persiapan benih jagung. Setelah semuanya dipastikan siap,
kemudian melakukan penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit jagung
dan panen. Pemeliharaan tanaman jagung pada budidaya ini meliputi penyulaman,
sanitasi lahan, pengairan, serta pemupukan susulan. Berikut adalah penjelasan
singkat mengenai kegiatan di atas:
1.Persiapan Lahan
Persiapan lahan
sebelum budidaya meliputi pemberian pupuk organik atau pupuk kandang
fermentasi. Pupuk organik diberikan dengan
cara menaburkan pupuk membentuk larikan/baris disesuaikan dengan baris yang
akan digunakan sebagai tempat penanaman jagung. Dosis pemberian pupuk organik
cukup 2 ton/Ha.
Pengapuran lahan perlu dilakukan untuk meningkatkan pH pada tanah asam hingga netral atau setidaknya mendekati netral. Kondisi pH netral yaitu dengan nilai pH 7 memungkinkan tanaman jagung tumbuh maksimal, karena penyerapan unsur hara menjadi optimal. Dosis pengapuran untuk mayoritas tanah di pulau Jawa sebanyak 400 kg/Ha. Pemberian kapur dilakukan seperti pemberian pupuk kandang, yaitu ditaburkan membentuk larikan/baris.
Pembuatan atau perbaikan drainase pada budidaya jagung dilakukan untuk melancarkan pembuangan air terutama saat musim hujan agar tidak terjadi genangan. Munculnya genangan air di areal budidaya menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan cendawan atau jamur parasit sehingga berakibat terhadap serangan penyakit terutama saat tanaman jagung sudah tumbuh dewasa. Selain itu dengan drainase yang baik kelembaban tanahnya pun ikut terjaga. Untuk menunjang pertumbuhan awal tanaman jagung yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman, dilakukan pembersihan gulma, dapat dilakukan secara manual atau penyemprotan menggunakan herbisida (dapat menggunakan herbisida pratumbuh maupun purnatumbuh) agar lebih praktis dan menghemat tenaga kerja. Saat memilih alternatif penyemprotan herbisida, setelah penyemprotan biarkan lahan selama minimal 5 hari untuk pemakaian herbisida purnatumbuh dan selama 10 hari untuk pemakaian herbisida pratumbuh sebelum dilakukan penanaman jagung. Dosis/konsentrasi dapat dilihat pada kemasannya.
Pengapuran lahan perlu dilakukan untuk meningkatkan pH pada tanah asam hingga netral atau setidaknya mendekati netral. Kondisi pH netral yaitu dengan nilai pH 7 memungkinkan tanaman jagung tumbuh maksimal, karena penyerapan unsur hara menjadi optimal. Dosis pengapuran untuk mayoritas tanah di pulau Jawa sebanyak 400 kg/Ha. Pemberian kapur dilakukan seperti pemberian pupuk kandang, yaitu ditaburkan membentuk larikan/baris.
Pembuatan atau perbaikan drainase pada budidaya jagung dilakukan untuk melancarkan pembuangan air terutama saat musim hujan agar tidak terjadi genangan. Munculnya genangan air di areal budidaya menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan cendawan atau jamur parasit sehingga berakibat terhadap serangan penyakit terutama saat tanaman jagung sudah tumbuh dewasa. Selain itu dengan drainase yang baik kelembaban tanahnya pun ikut terjaga. Untuk menunjang pertumbuhan awal tanaman jagung yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman, dilakukan pembersihan gulma, dapat dilakukan secara manual atau penyemprotan menggunakan herbisida (dapat menggunakan herbisida pratumbuh maupun purnatumbuh) agar lebih praktis dan menghemat tenaga kerja. Saat memilih alternatif penyemprotan herbisida, setelah penyemprotan biarkan lahan selama minimal 5 hari untuk pemakaian herbisida purnatumbuh dan selama 10 hari untuk pemakaian herbisida pratumbuh sebelum dilakukan penanaman jagung. Dosis/konsentrasi dapat dilihat pada kemasannya.
2.Persiapan Benih
Jagung
Budidaya dengan cara
TOT membutuhkan benih jagung sebanyak 6 Kg/Ha, angka ini sudah termasuk
cadangan penyulaman. Sebelum ditanam, benih jagung terlebih dahulu direndam
dalam larutan insektisida selama 1 jam, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah profenofos, betasiflutrin, klorpirifos, atau lamdasihalotrin,
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan. Tujuan perendaman benih jagung ini
adalah untuk mengantisipasi serangan semut setelah benih jagung ditanam.
3.Penanaman Jagung
Persiapan penanaman
jagung dimulai dengan membuat lubang tanam berjarak 40 cm sekaligus membuat
lubang sebagai tempat pemupukan berjarak 10 cm dari lubang tanam. Jarak
antarbaris selebar 70 cm. Tanam benih jagung yang sudah direndam dalam larutan
insektisida sebanyak dua butir per lubang tanam. Setelah itu lakukan pemupukan
pada lubang pemupukan yang sudah dipersiapkan dengan perbandingan 2 NPK
15-15-15 dan 1 urea. Dosis pemupukan sebanyak 1 sendok makan per lubang.
4.Pemeliharaan
Tanaman Jagung
Kegiatan
pemeliharaan tanaman jagung pada budidaya Tanpa Olah Tanah (TOT) ini meliputi
penyulaman, sanitasi lahan, pengairan, serta pemupukan susulan. Adapun rincian
kegiatan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
5.Penyulaman
Penyulaman
tanaman jagung untuk budidaya TOT dilakukan saat umur jagung 7 hari setelah
penanaman. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih jagung yang tidak tumbuh
atau benih jagung yang terserang hama,
seperti ulat. Penyulaman lebih dari 7 hari menyebabkan pertumbuhan tanaman
jagung tidak seragam, berpengaruh terhadap pemanenan dan pengendalian hama
penyakit jagung.
6.Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan selama
budidaya meliputi pengendalian gulma, pengaturan air. Pengendalian gulma
dilakukan dengan cara penyiangan menggunakan cangkul. Pencangkulan dilakukan
tipis hanya untuk memotong gulma di permukaan. Setelah itu tanah bekas
cangkulan dibalik lalu digunakan untuk menimbun batang jagung agar lebih kuat
bila diterpa angin. Pengaturan air dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi
saat musim hujan, atau penggenangan lahan bila diperlukan saat musim kemarau.
7.Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan pada
budidaya sistem TOT diberikan baik melalui akar maupun daun. Pupuk akar
diberikan dengan cara membuat lubang pemupukan berjarak 15 cm dari batang
jagung, kemudian pupuk diberikan pada lubang yang sudah dibuat lalu ditutup
lagi menggunakan tanah. Pemupukan pertama diberikan umur 25 hari dengan
perbandingan 2 NPK 15-15-15 dan 1 pupuk urea. Berikan pupuk
sebanyak 1 sendok makan per lubang tanam. Pemupukan kedua diberikan saat
tanaman jagung berumur 50 hari menggunakan pupuk NPK 15-15-15. Dosis
pemupukan 1 sendok makan perlubang tanam.
Pupuk daun berkandungan nitrogen tinggi diberikan saat umur jagung 15, 22, 29, dan 36 hari, sedangkan pupuk daun berkandungan phosphat dan kalium tinggi diberikan saat jagung berumur 40, 47, 54, 61 hari.
Pupuk daun berkandungan nitrogen tinggi diberikan saat umur jagung 15, 22, 29, dan 36 hari, sedangkan pupuk daun berkandungan phosphat dan kalium tinggi diberikan saat jagung berumur 40, 47, 54, 61 hari.
HAMA PENYAKIT JAGUNG
Keberhasilan
budidaya yang menjadi harapan para petani jagung terutama sekali saat produksi
jagung optimal dan panen berlimpah. Untuk mewujudkan semua ini, perlu dilakukan
pengamatan terhadap serangan hama penyakit yang menyerang tanaman jagung.
Dengan deteksi dini di lapangan, hama penyakit jagung dapat segera dianalisa
untuk kemudian ditentukan langkah-langkah pengendaliannya.
HAMA JAGUNG
Hama yang menyerang
tanaman jagung biasanya adalah ulat tanah, belalang, kumbang bubuk, lalat
bibit, ulat grayak, penggerek tongkol, penggerek batang, serta kutu dan.
Berikut ini nama masing-masing hama dan cara pengendaliannya:
1. Ulat Tanah
Nama Ilmiah : Agrotis sp.
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
2. Belalang
Nama Ilmiah : Locusta sp., dan Oxya chinensis
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
3. Kumbang Bubuk
Nama Ilmiah : Sitophilus zeamais
Pengendalian Kumbang Bubuk Pada Budidaya TOT:
a) Pengelolaan tanaman jagung.
b) Penggunaan varietas jagung resisten/tahan.
c) Kebersihan dan pengelolaan gudang tempat penyimpanan jagung.
d) Persiapan biji jagung yang disimpan.
e) Fisik dan mekanis.
g) Pengendalian hayati dengan penggunaan agensia patogen.
h) Fumigasi. Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, fumigasi dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan.
4. Lalat Bibit
Nama Ilmiah : Atherigona sp.
Pengendalian Lalat Bibit untuk Budidaya sistem TOT:
a) Hayati.
b) Kultur teknis.
c) Varietas resisten.
d) Kimiawi.
Selengkapnya di Hama Penyakit Tanaman Jagung
5. Ulat Grayak
Nama Ilmiah : Spodoptera sp.
Pengendalian : Secara fisik dapat dilakukan menggunakan alat perangkap ngengat sexferomonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
6. Penggerek Tongkol
Nama Ilmiah : Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.
Pengendalian kimiawi : Penyemprotan dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
7. Penggerek Batang
Nama Ilmiah : Ostrinia fumacalis
Pengendalian Penggerek Batang Pada Budidaya TOT:
a) Kultur teknis.
b) Budidaya dilakukan pada waktu yang tepat.
c) Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
d) Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman) (dettaselling)
e) Hayati - Pemanfaatan musuh alami.
f) Kimiawi - Menggunakan insektisida berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, karbofuran.
8. Kutu Daun
Nama Ilmiah : Mysus persicae
Pengendalian kimiawi : penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
PENYAKIT JAGUNG
Penyakit yang
menyerang tanaman jagung biasanya adalah hawar daun, busuk pelepah, penyakit
bulai, busuk tongkol, busuk batang, bercak daun, dan virus. Berikut ini cara
pengendalian penyakit yang menyerang tanaman jagung:
1. Hawar Daun
Nama Ilmiah : Helmithosporium turcicum
Pengendalian Hawar Daun Pada Budidaya TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan hawar daun, seperti Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
2. Busuk Pelepah
Nama Ilmiah : Rhizoctonia solani
Pengendalian Busuk Pelepah dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menggunakan varietas/galur jagung tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah.
b) Penanaman jagung tidak terlalu rapat untuk menjaga kelembaban.
c) Drainase baik.
d) Melakukan pergiliran tanaman, hindari budidaya terus-menerus sepanjang musim.
e) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
3. Penyakit Bulai
Nama Ilmiah : Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
Pengendalian Penyakit Bulai dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan penyakit bulai.
b) Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
c) Budidaya tanaman jagung dilakukan secara serempak.
d) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) terhadap tanaman yang terserang penyakit bulai.
e) Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih).
4. Busuk Tongkol
Ada tiga jenis candawan penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia, dan busuk tongkol gibbrelella, penyebabnya:
a. Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium moniliforme.
b. Busuk tongkol diplodia disebabkan oleh Diplodia maydis.
c. Busuk tongkol gibberella disebabkan oleh Gibberella roseum.
Pengendalian Busuk Tongkol Pada Budidaya TOT :
a) Pemupukan berimbang.
b) Pastikan tongkol tidak terlalu lama mengering di areal budidaya.
C) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya terus-menerus sepanjang musim.
5. Busuk Batang
Pengendalian Busuk Batang dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan busuk batang.
b) Pergiliran tanaman dengan tidak melakukan budidaya terus-menerus.
c) Memberikan pemupukan berimbang, menghindari pemberian pupuk berkadar N tinggi dan K rendah.
d) Drainase baik.
e) Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
6. Karat Daun
Nama Ilmiah : Puccinia polysora
Pengendalian Karat Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan karat.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi karat daun dan gulma.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil.
7. Bercak Daun
Nama Ilmiah : Bipolaris maydis Syn.
Pengendalian Bercak Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan bercak daun.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
8. Virus Mosaik
Pengendalian Virus Pada Budidaya sisten TOT :
a) Mencabut tanaman jagung yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun budidaya yang akan datang.
b) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya tanaman jagung sepanjang musim.
c) Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
d) Tidak penggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman jagung yang terinfeksi virus.
1. Hawar Daun
Nama Ilmiah : Helmithosporium turcicum
Pengendalian Hawar Daun Pada Budidaya TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan hawar daun, seperti Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
2. Busuk Pelepah
Nama Ilmiah : Rhizoctonia solani
Pengendalian Busuk Pelepah dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menggunakan varietas/galur jagung tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah.
b) Penanaman jagung tidak terlalu rapat untuk menjaga kelembaban.
c) Drainase baik.
d) Melakukan pergiliran tanaman, hindari budidaya terus-menerus sepanjang musim.
e) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
3. Penyakit Bulai
Nama Ilmiah : Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
Pengendalian Penyakit Bulai dengan Budidaya sistem TOT :
a) Menanam varietas jagung tahan penyakit bulai.
b) Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
c) Budidaya tanaman jagung dilakukan secara serempak.
d) Pemusnahan seluruh bagian tanaman jagung sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) terhadap tanaman yang terserang penyakit bulai.
e) Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih).
4. Busuk Tongkol
Ada tiga jenis candawan penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia, dan busuk tongkol gibbrelella, penyebabnya:
a. Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium moniliforme.
b. Busuk tongkol diplodia disebabkan oleh Diplodia maydis.
c. Busuk tongkol gibberella disebabkan oleh Gibberella roseum.
Pengendalian Busuk Tongkol Pada Budidaya TOT :
a) Pemupukan berimbang.
b) Pastikan tongkol tidak terlalu lama mengering di areal budidaya.
C) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya terus-menerus sepanjang musim.
5. Busuk Batang
Pengendalian Busuk Batang dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan busuk batang.
b) Pergiliran tanaman dengan tidak melakukan budidaya terus-menerus.
c) Memberikan pemupukan berimbang, menghindari pemberian pupuk berkadar N tinggi dan K rendah.
d) Drainase baik.
e) Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
6. Karat Daun
Nama Ilmiah : Puccinia polysora
Pengendalian Karat Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan karat.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi karat daun dan gulma.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil.
7. Bercak Daun
Nama Ilmiah : Bipolaris maydis Syn.
Pengendalian Bercak Daun dengan Budidaya sistem tanpa olah tanah :
a) Menanam varietas jagung tahan bercak daun.
b) Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun.
c) Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbendazim.
8. Virus Mosaik
Pengendalian Virus Pada Budidaya sisten TOT :
a) Mencabut tanaman jagung yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun budidaya yang akan datang.
b) Melakukan pergiliran tanaman, jangan melakukan budidaya tanaman jagung sepanjang musim.
c) Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
d) Tidak penggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman jagung yang terinfeksi virus.
Referensi :
http://www.tanijogonegoro.com/2013/03/budidaya-jagung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar